Jauh dari segala kecenderungan apologetik, apalagi keinginan untuk menghujat, buku ini merekam secara fair salah satu fase penting sejarah Islam yang selama ini kurang terekspos: pertumbuhan nilai-nilai humanisme universal di dalam peradaban Islam. Dengan seting Bagdad Abad Pertengahan di bawah penguasaan Dinasti Buwaihiyyah, studi ini mengungkap basis sosial dan kultural kegemilangan peradaban Islam. Pendekatan sejarah perbandingan yang digunakan penulis sangat membantu untuk menarik paralelitas historis pertumbuhan humanisme pada kebudayaan lain. Penguasaan penulis terhadap bahasa-bahasa mainstream Abad Pertengahan - Yunani, Arab, Persia, Jerman, dan tentu saja Inggris dan Prancis -- telah membuka akses penggunaan sumber-sumber primer secara ekstensif, sehingga kesimpulan-kesimpulan baru dan segar yang "berbeda" dengan narasi sejarah Islam standar yang selama ini kita ketahui berhamburan di sana sini sepanjang buku ini.
Secara keseluruhan, spektrum yang hendak direngkuh buku ini mencakup, antara lain:
-Seting kultural dan faktor-faktor sosiologis di bawah Dinasti Buwaihiyyah yang menguasai Bagdad (ibu kota 'Abbasiyah) selama kurang lebih satu abad.
- Kelompok-kelompok yang menjadi penyokong kultur humanisme, dari Philosophical Circle -nya Abu Sulaiman Al-Sijistani, Royal Circle-nya Ibn Sa'dan dan Ibn 'Amid, sampai School-nya Yahya ibn Adi.
- Tokoh-tokoh yang banyak berperan, Abu Hayyan Al-Tauhidi, Sijistani, Miskawaih, dan Al-Amiri.
- Aktivitas budaya dan intelektual, seperti seminar, debat terbuka, orasi ilmiah, penerjemahan, dan penyuntingan.
Di samping para peminat sejarah, khususnya Islam, buku ini wajib dibaca oleh para peminat kajian sosial, budaya, dan pembaca umumnya yang menginginkan gambaran yang lebih memadai tentang periode gemilang peradaban Islam.