Jakarta memang menarik. Di tengah pengalaman sentralisme kukuasaan sosial, ekonomi dan politik, Jakarta menjadi pusat segalanya. Akibatnya Jakarta tidak hanya menarik, tetapi juga menyesakkan. Singkatnya, surga dan neraka dunia ada di Jakarta. Di tengah situasi seperti itulah Gereja Keuskupan Agung Jakarta hidup; di tengah kegemerlapan hidup orang yang berada dan berkuasa serta kemiskinan dan penderitaan orang-orang yang terpinggirkan.
Buku ini menyajikan catatan pergumulan Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di tengah carut marut kehidupan Jakarta dengan segala dimensinya dan bagaimana ia menghadapi situasi tersebut. Penulis menawarkan juga beberapa solusi dan inspirasi yang bermanfaat bagi kehidupan Gereja KAJ ke depan. Buku ini sangat membantu para petugas pastoral, imam, calon imam, biarawan/ti, pemimpin umat dan umat Kristen sekalian dalam upaya memberdayakan dan menghidupkan komunitas basis Gerejani berdasarkan tantangan riil yang dihadapi Gereja KAJ dewasa ini.