Image of Mereka Yang Dipisahkan (Esai Foto)

Text

Mereka Yang Dipisahkan (Esai Foto)



Buku ini adalah sebuah potret kepedihan keluarga para korban penculikan yang hingga kini tak tahu nasibnya. Raharja Waluya Jati, sang pemotret tampaknya mampu menangkap pesan itu dalam karya foto-fotonya. Mungkin, karena ia sendiri adalah salah satu korban penculikan, yang kebetulan dikembalikan.

Yani Avri menghilang 26 April 1997. Keberadaan Yani Avri pernah diketahui Pius Lustri Lanang, korban penculikan yang telah kembali. Namun, Yani tak diketahui lagi nasibnya setelah dikeluarkan dari sel penyekapan itu.

Memang telah ada beberapa prajurit TNI dari Tim Mawar Kopassus diadili. Tapi itu sama sekali tidak menjelaskan mengapa mereka musti menculik, bahkan tidak mengembalikannya sampai sekarang.

Kepedihan Ny. Toeti adalah kepedihan sejumlah orang tua lain yang senasib, kehilangan seseorang yang dicintainya. Hamali Syahir sedih dan duka karena kehilangan anak kesayangannya, Herman Hendrawan yang hilang sejak 12 Maret 1998. Utomo dan Misyiati sangat terpukul karena kehilangan anaknya Bimo Petrus, aktivis PRD itu. Paimin dan Ny Tumiyem, getir dengan ketidakadilan yang menimpa anaknya, Suyat yang hilang dan tak kembali sejak 1 Pebruari 1998. Suyat juga aktivis PRD. Belum lagi orang-orang tua Sony yang hilang 26 April 1997, Dedy Hamdun sejak 29 Mei 1997, Noval Alkatiri sejak 29 Mei 1997, M Yusuf sejak 7 Mei 1997, Yadin Muhidin sejak 14 Mei 1998, Hendra Hambalie hilang sejak 14 Mei 1998, Ucok Munandar Siahaan hilang sejak 4 Mei 1997, Ismail sejak 29 Mei 1997, A Nasir sejak 14 April 1998.

Teror sudah mengidentik dengan pemerintahan Soeharto. Praktek penculikan menjadi salah satu sarana bagi pemerintah untuk meredam dan mematikan kesadaran politik massa. Bahkan, berdirinya rezim Orde Baru tidak lain adalah buah dari pembantaian massal, penyiksaan dan penculikan-penculikan, baik terhadap anggota PKI maupun yang dituduh PKI, ataupun anggota organisasi lain yang pro-Soekarno.

Buku ini adalah sebuah potret kepedihan keluarga para korban penculikan yang hingga kini tak tahu nasibnya. Raharja Waluya Jati, sang pemotret tampaknya mampu menangkap pesan itu dalam karya foto-fotonya. Mungkin, karena ia sendiri adalah salah satu korban penculikan, yang kebetulan dikembalikan.

Isu penculikan Yani dan 12 orang hilang lainnya seolah-olah telah terkubur dalam pusara kegelapan masa lalu. Tak ada yang bicara. Tak ada yang mempersoalkannya. Tak ada yang bertanya. Orang hilang benar-benar hilang. Ya, hilang, lenyap! Media massa, dan kita juga, seakan-akan menerima tragika kemanusiaan itu sebagai taken for granted. Ironis memang.

Buku ini kita nilai tepat dan penting. Tepat, karena ia hadir persis pada saat kita terlena oleh tegasnya membiarkan diri terlena pada kegamangan, budaya permisif, dan kecenderungan apologia yang hipokrit. Penting, karena ia hadir dan mengingatkan kita bahwa masalah penculikan adalah persoalan kita bersama, kepentingan bersama yang tidak boleh disamakan, apalagi dinafikan, atas nama kepentingan umum. Ya, buku hadir untuk kita.


Ketersediaan

I29202-C1I29202My LibraryTersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
I29202
Penerbit Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) : Jakarta.,
Deskripsi Fisik
21 x 26,5 cm / 108 pg
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9798981138
Klasifikasi
352.002 / WAL / m
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaDetail XMLKutip ini