Kesaksian manusia tentang perjumpaan dengan Tuhan, apa pun definisi manusia tentangnya, begitu melimpah; terekam dalam pelbagai kisah, juga tarian, doa, puisi, kriya, bangunan; dituturkan oleh manusia-manusia dari pelbagai umur, pengalaman, pendidikan, budaya, dan bahkan agama. Itulah Tuhan yang hidup dan dijumpai di dalam batin dan kesadaran manusia yang paling mendalam--bukan Tuhan yang direfleksikan melalui tulisan-tulisan teoretis yang kering, mati, beku.
Betapapun pengalaman religius tak terperikan dan cenderung mengelak dari "analisis" ilmiah, ia bukannya tak mengandung pengetahuan. Sekiranya ia tak dapat dipahami sama sekali dengan cara berpikir yang sehat, tentulah pengalaman ini akan dengan serta merta disamakan dengan takhayul atau imajinasi liar.
Buku ini membedah persoalan yang sangat kompleks dan subtil ini dengan menelaah pengalaman religius yang dialami oleh orang-orang beragama. William James, Bapak Psikologi dan filosof aliran Pragmatisme asal Amerika Serikat, mendekati fenomena pengalaman keagamaan tidak dari sudut teoretis-filosofis yang kering, tetapi secara empiris-pragmatis. Melalui pendekatannya ini, pengalaman-pengalaman keagamaan dibiarkan menuturkan dirinya sendiri, menjadi hidup, dan apa adanya.
Dengan demikian, William James menunjukkan bahwa perjumpaan dengan Tuhan berlangsung bukan dalam ruang yang steril, melainkan dengan segala nuansa psikologis yang membuatnya kaya warna: cinta, rindu, ekstase, kebahagiaan, ketakjuban, dan kengerian.
Kedalaman, keindahan, dan kemenyeluruhan tulisan William James menjadikan buku ini sebagai buku klasik tentang pengalaman religius yang sulit dicari tandingannya, bahkan mungkin hingga beberapa dekade mendatang.