Dalihan Na Tolu adalah sistem kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Batak Toba. Dengan sistem kekerabatan ini, masyarakat Batak Toba memiliki pedoman untuk membangun relasi dengan sesamanya. Pihak-pihak yang ada dalam Dalihan Na Tolu itu adalah hula-hula, dongan tubu dan boru. Bagi orang Batak Toba, pihak-pihak tersebut adalah gambaran atau pihak yang mewakili Debata Na Tolu yang terdiri dari Batara Guru, Soripada dan Mangalabulan. Debata Na Tolu sendiri adalah personifikasi dari Mulajadi Na Bolan yang diyakini oleh masyarakat Batak Toba sebagai Tuhan mereka. Debata Na Tolu ini memiliki peran masing-masing sebagai gambaran Mulajadi Na Bolon. Masyarakat Batak Toba memahami hal ini melalui adat yang sudah ada sejak dulu kala suku ini berdiri. Adat inilah yang diturunkan kepada generasi selanjutnya dan adat inilah yang dihidupi oleh masyarakat Batak Toba. Tulisan ini melihat bahwa adat itu menjadi sarana bagi masyarakat Batak Toba bahwa Mulajadi Na Bolon itu membangun relasi dengan mereka. Melalui adat itu masyarakat Batak Toba mampu melihat partisipasi Mulajadi Na Bolon dalam hidup mereka sehari-hari. Adat menjadi bentuk partisipasi Mulajadi Na Bolon untuk berelasi dengan manusia. Partisipasi Mulajadi Na Bolon ini juga yang menjadi model bagi masyarakat Batak Toba untuk membangun relasi dengan sesama-Nya. Sehingga hula-hula, dongan tubu dan boru sebagai gambaran Debata Na Tolu mau menunjukkan bahwa pihak-pihak tersebut memiliki peran dalam hidup seseorang. Peran tersebut menjadi bentuk nyata partisipasi seseorang terhadap sesamanya. Dengan demikian, untuk berelasi dengan sesamanya masyarakat Batak Toba harus berpartisipasi dengan sesamanya. Partisipasi itu diwujudkan melalui tuntunan ada yang ada pada masyarakat Batak Toba, sehingga masyarakat Batak Toba melihat bahwa partisipasi mereka adalah hal yang mendasar untuk membangun relasi dengan sesamanya.

Kata Kunci: Dalihan Na Tolu, Debata Na Tolu, Mulajadi Na Bolon, Adat, Relasi