Sekitar tahun 1940-an, seorang anak yatim piatu masuk sebuah Seminari di Polandia di tengah berkecamuknya perang yang melanda negaranya. Filsafat dan teologi dipelajarinya sambil bekerja sebagai buruh di sebuah pertambangan. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk banyak belajar sendiri, mencari dan mencari. “Benih yang tumbuh di bebatuan” ini justru membentuk sebuah “pohon yang baik dan kuat”.
Tahun 1978 dia terpilih menjadi Uskup di Roma. Dia merasa keberatan, tetapi seorang sahabatnya menguatkan dia, bahwa dia harus mengantar umat Allah memasuki milenium baru. Tanpa kenal lelah dia berkeliling menjumpai banyak manusia, untuk mendengarkan mereka dan membawa pesan harapan. Seperti busur seolah dia melesat ke angkasa, hidup dan kata-katanya mampu menyentuh hati milyar-an manusia di muka bumi, tanpa batas-batas keyakinan dan bangsa.
Kita semua mengenalnya, Yohanes Paulus II. Dia juga lulusan Sminari. Seminari telah membantunya menumbuhkan benih yang ada pada dirinya, bagaikan busur yang membantunya melesat ke angkasa.