Masyarakat seluruh dunia bisa menyaksikan dan memahami bahwa pemimpin umat beriman Katolik adalah Paus Benedictus XVI yang berkedudukan di Negara vatikan, di Roma. Tampilnya Paus di pelbagai kesempatan dan pelbagai Kedutaan Tahta Suci yang ada di setiap Negara, mengindikasikan bahwa Gereja Katolik memiliki kepemimpinan yang hirakis (bertingkat menurut garis organisasi yang jelas): paus, Uskup, dan Imam. Garis kerja kepemimpinan juga jelas, yang di bawah akan taat kepada yang di atasnya. Kepemimpinan yang biasa disebut dengan gaya piramidal ini mulai dipertanyakan pada Konsili Vatikan II dan sesudahnya, mulai diterapkan gaya kepemimpinan kolegialitas (lingkaran konsentris). Pemimpin tertinggi tidak berada di puncak, posisi paling atas, melainkan berada di tengah-tengah, sebagai pusat orientasi kepemimpinan itu sendiri.
Tradisi kepemimpinan Gereja yang sudah lebih dari 20 abad ini mengalami pelbagai reaksi dan pembenahan berkelanjutan sehingga makin kaya, sekaligus rumit dalam pengetrapannya. Masalah organisasi kepemimpinan yang ada pada masyarakat politik, perkembangan pemahaman gender, dan sekian banyak pengaruh modern lainnya menjadikan refleksi atas kepemimpinan Gereja menjadi semakin tercerahkan oleh masalah-masalah yang melatarbelakanginya. Tegak-kokohnya hidup menggereja sampai saat ini juga sangat bergantung pada karya Roh Kudus yang dinyatakan gaya kepemimpinan yang diterapkan di seluruh Gereja. Bagaimana hal mungkin, kiranya buku ini bisa memberi gambaran yang memadai.