Image of Soegija Si Anak Betlehem Van Java: Biografi Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ

Text

Soegija Si Anak Betlehem Van Java: Biografi Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ



Dalam buku ini dikisahkan bahwa Soegija memiliki seorang tante yang buta. Karena kasihnya, dia berjanji jika kelak sang tante memiliki anak, Soegija akan berdeklamasi, menyanyikan tembang, dan mendongeng semalam suntuk. Dua tahun pasca pernikahan, tantenya sungguh melahirkan seorang bayi mungil. Tepat dua bulan setelah masa persalinan, sang tante menagih janji.

Kemudian Soegija begadang, berdeklamasi, serta melagukan tembang dengan panduan buku Baron Sakender. Mulai dari pukul 21 sampai jam 05.00. Ia memang selalu memegang janji yang telah diucapkan. Sang tante merasa senang sekali dan kian akrab dengan Soegija. Benar yang dikatakan Art Buchwald, kolumnis pemenang Pulitzer itu pun mengatakan, “Jika Anda bisa membuat orang lain tertawa, maka Anda akan mendapat semua cinta yang Anda inginkan.”

Romo van Lith merupakan sosok signifikan dalam pembentukan karakter Soegija. Beliau menciptakan pergaulan yang sehat di antara para murid di Muntilan. Dengan gaya kebapakan, dia duduk bersila di tengah rerumputan bersama anak-anak yang mengerumuni. Biasanya Romo van Lith menciptakan suasana santai dengan menceritakan kisah-kisah lucu yang memancing gelak tawa.

Selain itu, dia juga memancing protes dan pertentangan. Agar para murid bisa belajar membela diri, sekaligus membangun kesadaran sebagai sebuah bangsa yang memiliki harga diri. “Mumpung orang Jawa mau berteriak-teriak, mereka masih bisa ditolong. Akan tetapi, kalau mereka tutup mulut, hampir tak ada obatnya dan kamu harus waspada,” demikian kenang Soegija seputar petuah sang guru tentang penyakit budaya yang amat berbahaya tersebut (halaman 45).

Buku ini juga mengungkap keberanian Mgr Soegijapranata. Walau “hanya” berlangsung selama 3,5 tahun, penjajahan Jepang menggoreskan trauma mendalam. Romo Reksaatmadja - rekan tahbisan Soegija - menderita cacat tubuh seumur hidup akibat penyiksaan keji selama diinterogasi Jepang. Beliau tak bisa lagi bekerja sebagai seniman. Padahal, Reksaatmadja sempat magang di Firma G Linssen, Venlo, Belanda. Dari kedua tangannya tercipta sejumlah patung dan lukisan indah.

Tanggal 19 September 1942 merupakan hari tak terlupakan Romo Djajasepoetra. Saat hendak dieksekusi Jepang, dia minta izin kembali ke sel. Kemudian datanglah kurir utusan Mahkamah Agung Jepang. Ia membawa surat pembatalan hukuman mati. Dalam catatan yang ditulis Romo van Kalken, dia meneriakkan, “Pastoor-pastoor tidak jadi!” Mereka lolos dari lubang jarum kematian.

Sebagai sebuah biografi, karya tulis ini masih kurang lengkap karena hanya sampai pada masa penjajahan Jepang. Kiprah Mgr Soegijapranata pasca kemerdekaan belum diulas. Kendati demikian, buku ini berhasil mengungkap identitas Albertus Soegijapranata SJ ke permukaan. Soegija, si Anak Betlehem van Java ialah orang Indonesia yang mengalami perjumpaan dengan kekristenan. Baginya, nilai keimanan berbanding lurus dengan semangat kebangsaan dan pelayanan kemanusiaan.


Ketersediaan

I18734-C1I18734My LibraryTersedia

Informasi Detail

Judul Seri
Pustaka Sejarah
No. Panggil
I18734
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
14 x 21 cm / 170 pg
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9792107274
Klasifikasi
922.2 / SUB / s
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaDetail XMLKutip ini