Teresa dihormati Gereja sebagai “Master spiritualium’, ibu dan guru spiritualitas. Ia dituntun Roh Kudus untuk menyebarkan pengetahuan mistik cinta, suatu pengalaman persatuan intim dengan Allah. Siapa sangka orang kudus pernah jatuh cinta? Teresa Avila orangnya. Ia pernah jatuh cinta pada pemuda idamannya. Asmara membuatnya tak bisa tidur, tak bisa tenang di rumah. Cintanya mengguncangkan dirinya di balik cinta asmara itu, terdapat cinta nan mulia, yaitu cinta kepada Tuhan. Cinta yang mengalahkan cinta Teresa terhadap keluarganya.
Karena cinta itu pula, seorang Suster Teresa mampu menghadapi aneka penderitaan. Tangisan dan doa pernah mengantar jenazah Teresa ke pekuburan tetapi ia siuman kembali. Kelumpuhan total pun dialaminya. Hanya napas dan detakan jantung dirasakan. Anggota sekomunitas menyebutnya orang sinting, gila, kerasukan setan. Dan dari atas mimbar para pastor tak kalah mengejek dan memfitnahnya. Diam-diam, Teresa dimurnikan Allah menjadi seorang reformator, Mater Spiritualium bahkan disebut sebagai Mystical Theologiae Doctrix Seraphica. Tidak seorang yang mampu menyamai St. Teresa Avila menjelaskan pengalaman mistik dalam bahasa sederhana.