Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Sejarah Seksualitas: Seks & Kekuasaan
Dalam buku ini, Foucault ingin menegaskan, seks mau dirumuskan menjadi suatu kebenaran yang perlu diatur. Maka perlu mencurigai bahwa di dalam seks ada rahasia penting karena masyarakat butuh produksi kebenaran. Maka seks harus masuk dalam rejim tatanan pengetahuan. Meskipun tidak mampu mengimajinasikan kenikmatan baru, setidaknya menemukan kenikmatan akan kebenaran kenikmatan. Dari wacana tentang seks bisa ditarik kesimpulan adanya kenikmatan untuk mengetahui, menemukan, tertarik melihat, mengatakan, mempercayakan rahasia dan menjebak kelicikan.
Ada konspirasi kekuasaan-pengetahuan sehingga kekuasaan menjangkau sampai pada perilaku yang paling individual dan intim. Di media tulis, seks selalu ada dan menjadi kolom yang tak terlewatkan. Kolom itu biasa diasuh oleh seorang pakar: dokter, psikolog, psikiater. Kehadiran pakar ini adalah ilustrasi betapa kekuasaan-pengetahuan merambah kehidupan paling intim subyek. Lalu kelihatan bahwa kekuasaan terhadap seks hanya bisa membuat larangan atau hanya bisa mengatakan tidak. Kekuasaan bisa mengambil bentuk instansi yang mengatur. Dalam hal ini, kekuasaan memberi peraturan, sah atau tidak, boleh atau dilarang. Dengan demikian, seks dipahami hanya dalam kerangka hukum. Kekuasaan membentuk lingkaran larangan sangat beragam, dari jangan berbicara; jangan mendekat; jangan menyentuh; sampai pada jangan melakukan. Tujuan lingkaran larangan ini ialah agar seks meninggalkan dirinya.
Ketersediaan
I31204-C1 | I31204 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
I31204
|
Penerbit | Gramedia PT. : Jakarta., 2000 |
Deskripsi Fisik |
14 x 21 cm / 224 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
9796056968
|
Klasifikasi |
392.6 / FOU / s
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain