Pengarang telah membongkar literatur yang relevan untuk bisa mementaskan debat terpenting sekitar nama empat huruf ini.
(Martin Harun, OFM - Pembina Yayasan LBI)

Buku Febry Silaban ini menguraikan seluk beluk makna nama, istimewanya nama pribadi Allah Israel, yakni YHWH dengan sistematis dan penggunaan bahasa yang mudah dicerna sehingga membantu para pembaca untuk mengenal hal ihwal nama dalam Alkitab.
(Mgr. Prof. Dr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm. - Uskup Keuskupan Malang)

Buku ini pantas menjadi sumber bacaan bagi siapa saja, khususnya umat beriman yang menyapa Allah dengan sebutan Allah atau Tuhan.
(Dr. Ivo Gonti Simanullang, OFM Cap. - Rektor STFT St. Yohanes, Pematangsiantar)

Tidak mudah membahas kontroversi penyebutan nama Allah Israel. Buku ini berhasil masuk lebih jauh ke dalam teks Alkitab dan sejarahnya, sekaligus membuatnya berbeda dari buku sejenis dalam literatur bahasa Indonesia, untuk sampai kepada kesimpulan berbobot akademis tanpa kehilangan wawasan pastoral. Sebuah referensi penting bagi gembala jemaat, dosen dan pelajar teologi.
(Pdt. Dr. Yonky Karman - Dosen KS Perjanjian Lama di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta)

Dengan membaca buku ini, kita akan dibantu untuk lebih mengerti lagi kalau memanggil-Nya, dan lebih benar dalam mengutarakan permohonan pada-Nya, serta tidak sembarangan mendaku menjadi juru bicara-Nya. Namun karena itu kita bisa seperti Musa, melanjutkan perjalanan hidup dalam harapan sepenuh-penuhnya.
(Pdt. Dr. Martin Lukito Sinaga - Pengajar luar biasa di STFT Jakarta dan STF Driyarkara, kini sebagai Tenaga Ahli Utama di UKP PIP/BPIP)

Karya ini semakin memperkaya khazanah pokok teologis dari sudut pandangan seorang penganut agama Katolik, dan patut dibaca oleh publik secara luas.
(Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)

Dalam Islam dikenal 99 nama Tuhan, sebagian bersifat maskulin (fatherly) dan sebagian bersifat feminin (motherly). Namun sesungguhnya angka 99 itu bersifat simbolik, yang artinya tak terbatas. Buku ini bagus sebagai bahan dan pengantar diskusi serta perenungan bahwa mendekati Dia yang absolut tak bisa terbebas dari pikiran dan persepsi kita yang relatif dan kultural.
(Prof. Dr. Komaruddin Hidayat - mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan penulis buku Memahami Bahasa Agama, Mizan, Bandung)