Awalnya hanyalah biji sesawi. Sangat kecil menurut Kitab Suci. Tapi dari biji yang kecil itu bisa tumbuh pohon yang besar. Tempat burung-burung bersarang. Apa yang semula kecil bisa menjadi sumber kehidupan. Para perintis misi menaburkan benih sesawi yang kecil. Menanamnya di ladang yang gersang. Tanahnya masih kerdil. Mereka bagai petani yang harus menebang pohon di lahan rimba agar tanahnya bisa ditanami. Mereka menaman dan menanam. Tuhan yang menumbuhkan. Barangkali tak terbayang di benak Mgr. Th. de Backere bahwa awal perjalanannya pada 6 Juni 1923 menjadi cikal bakal lahirnya Keuskupan Surabaya. Keuskupan yang kini memiliki 44 paroki. Pohon yang besar itu awalnya hanya biji sesawi.
Buku ini bukan buku sejarah. Buku ini pertama-tama adalah buku pernak-pernik kisah, Pernak-pernik kisah kasih kreatif para perintis dalam menghadapi aneka macam tantangan medan misi. Tak selamanya mereka berhasil. Ada kalanya mereka nyaris putus asa hingga akhirnya hanya bisa menunduk dengan hati berdoa. Atau, hanya bisa meratap di depan nisan pendahulunya. Namun, justru dari kerapuhan manusiawi ini mereka mengajarkan arti kasih, harapan, dan iman.