Tempat Santa Perawan Maria dalam penghayatan iman umat Katolik amat penting. Betapa kuatnya devosi kepada Bunda Maria terbukti dari tempat ziarah, berbagai kongres dan seminar aneka organisasi, jumlah buku dan tulisan. Pesta-pesta Maria dirayakan. Doa "Salam Maria" dan "Malaikat Tuhan (Angelus)" dilambungkan tiap hari. Banyak Gereja menggunakan nama Maria sebagai pelindung. Bahkan dua bulan dalam setahun, Mei dan Oktober, dirayakan khusus sebagai bulan Maria.
Kuat dan meluasnya devosi kepada Maria bukanlah tanpa persoalan. Pada umumnya persoalan timbul karena devosi itu tidak dilandasi oleh dasar biblis-teologis yang memadai, tetapi lebih oleh perasaan. Inti kontroversi dalam devosi kepada Maria ialah bahwa, di satu pihak, ada kecenderungan untuk mengubah Maria menjadi "berhala" sejajar dengan Allah. Di lain pihak, sebagai reaksi atas sikap pertama itu, ada kecenderungan meninggalkan devosi kepada Maria. Kontroversi ini memunculkan tuduhan bahwa orang Katolik menyembah Maria dan menjadikan Maria seperti Allah. Di kalangan umat Katolik sendiri sering terdengar penilaian bahwa devosi kepada Maria membuat penghayatan iman mandul dan terlalu feminin, yaitu lari dari kewajiban melayani kebutuhan-kebutuhan konkret.
Konsili Vatikan II, di bawah bimbingan Roh Kudus, menunjukkan posisi dan fungsi Maria yang tepat. Mempelajari Maria dalam terang Konsili Vatikan II adalah kewajiban semua orang Katolik. Orang Katolik dituntut untuk mengerti dan mendalami hasil Konsili Vatikan II agar kekayaan hidup Santa Perawan Maria bisa ditimba dan dihayati secara benar dan sehat.