Hampir 20 tahun Mgr Michael Cosmas Angkur OFM menjadi Uskup Bogor. Dalam rentang itu, uskup kelahiran Desa Lewur tersebut telah membawa keuskupannya memasuki periode yang lebih baik. Padahal, ketika Takhta Suci menunjuk mantan provinsial Fransiskan ini menjadi Uskup Bogor, muncul banyak keraguan. Apakah mungkin pastor yang cukup lama berkarya di Papua ini mengenal Keuskupan Bogor? Selain itu, pasca penunjukannya sebagai Uskup Bogor, Mgr Michael malah terkena serangan jantung.
Karya dan pelayanan Mgr Michael menjadi salah satu tonggak penting yang mewarnai perjalanan Keuskupan Bogor. Namun, kalau melihat jauh ke masa silam, tak terbayangkan hal itu akan terjadi. Bahkan, ayahnya menuturkan, “Cosmas hanya cocok menjadi pembawa obor saat menerangi makan malam.” Begitu pula ketika diangkat menjadi Uskup Bogor, muncul keraguan akan kepemimpinannya. Biarawan Fransiskan ini pernah menjadi politikus dan pembela masyarakat di tanah Papua. Sikap itu membuat dirinya harus berhadapan dengan berbagai kelompok, termasuk aparat keamanan, pemerintah setempat, dan kelompok lain.
Ketokohan seseorang bukanlah sesuatu yang instan, melainkan melalui proses panjang dalam keluarga, lingkungan, sekolah, dan perjalanan hidup selanjutnya. Karena itu, kisah hidup Mgr Michael di dalam keluarga, seminari menengah, dan novisiat menjadi dasar yang kuat dalam membentuk pribadinya. Menurut penulis buku biografi ini, dalam setiap kesaksian yang dituturkan pelbagai narasumber, “Melihat pribadi Mgr Michael sebagai pemimpin yang sederhana, rendah hati, rajin, dan terbuka.” Karakter yang tumbuh sejak dalam keluarga itu kemudian mewarnai perjalanan sosok anak Desa Lewur, Flores ini.
Selain menjadi uskup, Mgr Michael pernah berkarya sebagai pastor paroki, anggota legislatif, pimpinan Fransiskan, direktur panti asuhan, pimpinan serikat para imam dan religius, Ketua komisi di KWI, anggota presidium KWI, serta jabatan-jabatan lain.