Menghadirkan Wajah Yesus dalam Keberagaman menyajikan perayaan iman dalam wujud sharing pengalaman selama SAGKI 2010 yang dilaksanakan pada tanggal 1-5 November 2010. Kami yakin bahwa Gereja Katolik di Indonesia sudah dan tengah mengalami peristiwa iman. Pengalaman ini menyentuh dan mengenai secara langsung Allah yang menjadi nyata dalam peristiwa Yesus Kristus, yang di dalam Roh-Nya tetap hidup di dalam Gereja-Nya. Dari sejumlah pengisah (narator) baik yang berkeyakinan Non Katolik maupun Katolik entah itu forum narasi personal maupun dalam narasi
kelompok terungkap bahwa wajah Kristus itu konkret, nyata, dan hidup.
Pengalamanan para pengisah memperlihatkan bahwa pencarian yang berakhir pada penemuan wajah Yesus itu tidak serta merta, spontan, dan mudah-mudah saja. Selain itu, diungkapkan pula bahwa para pengisah ada yang sampai bukan saja pada ambang batas, tetapi juga dan malahan menembus tapal batas kelembagaan atau institusi. Maksudnya, wajah Yesus dikenali dan ditemukan justru pada orang-orang yang berkeyakinan atau beragama Non Kristen atau Non Katolik. Ini sudah barang tentu merupakan "nilai lebih", mengingat orang Kristen malah bertolak segar dari Injil Kristus sendiri, yang diabadikan dalam magisterium Gereja: "Jalan, kebenaran, dan hidup itu ditebarkan Allah melampaui batas-batas insani, sosial politik, ekonomi, dan budaya". Lalu pencarian makna wajah Yesus menjadi sangat menarik dan menyegarkan.
Dinamika seluruh Sidang Agung yang bertajuk utama "Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup Dalam Kelimpahan (bdk Yoh 10:10)" memang mengedepankan metode berkisah. Metode ini sangat Injili. Maksudnya ada begitu banyak kisah (cerita) yang dikedepankan oleh Sang Guru Keselamatan dari Nazareth. Seluruh rangkaian Sidang diawali dengan kupasan dan analisis yang dibawakan oleh Prof Dr Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Latar belakang studi teologi alkitabiah yang beliau miliki memberikan pembekalan yang sangat bagus tentang bentuk-bentuk narasi berikut pesan-pesan yang hendak disampaikan oleh Sang Guru.
Berkat kerja keras tim editor yang menyaring serta menyunting ratusan notulensi narasi yang masuk ke Sekretariat SAGKI 2010, akhirnya buku "bersahaja" setebal 600an halaman ini sampai di tangan Anda dengan harapan kiranya setiap dari kita memperoleh wawasan yang bernilai dari keberagaman yang hadir dan ada di tengah kehidupan beriman kita sehari-hari.