Pendidikan seharusnya terutama dilihat dari perspektif pembebasan: pendidik dibebaskan dari kecenderungan monolog untuk mencapai kemampuan berdialog dengan si terdidik; si terdidik dibebaskan dari kebudayaan bisu untuk mencapai kesadaran kritis dan aktif. Kegiatan belajar-mengajar menjadi kegiatan pembaharuan dan perubahan kebudayaan.
Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama mempersoalkan masalah pendidikan sebagai praktek pembebasan terutama dalam masyarakat peralihan seperti masyarakat Indonesia. Masyarakat semacam ini pada mulanya merupakan masyarakat tertutup dengan pengalaman demokrasi yang miskin. Pendidikan menjadi faktor penting dalam usaha penyadaran situasi dan mencari jalan-jalan keluar. Sedangkan bagian kedua menyoroti masalah pembangunan pedesaan dari segi pendidikan. Pemikiran tokoh pendidikan ini, yang memberi inspirasi baru pada kalangan pendidik di negara-negara sedang berkembang dan negara-negara maju, tentu saja bermanfaat bagi para guru, pendidik masyarakat, pekerja sosial, perencana kota, administrator, politisi, dan organisator dalam usaha memperbarui dunia pendidikan nasional.