Dalam sidang MAWI (sekarang KWI) tahun 1971:
Agar supaya Gereja dalam-dalam berakar dan teguh berdiri di tengah masyarakat Indonesia (lebih tepat masyarakat setempat), perlulah para imam sendiri (khususnya imam-imam Indonesia sendiri) mengintegrasikan diri di dalam tata hidup dan kebudayaan asli, memupuk sikap solider dengan rakyat, semakin memasyarakat dan menegara.
Kenyataannya bahwa setelah lebih dari 15 tahun gema dari pernyataan episkopat Indonesia ini kurang terdengar, telah mendorong pengarang buku ini untuk menggali visi imamat dalam konteks budaya Jawa.