Transformasi bukanlah penghancuran sebaliknya transformasi adalah pemilahan, penambahan, dan penyelarasan antara nilai lama dengan nilai baru. Tidak perlu semua strategi lama dirombak, tidak perlu semua struktur organisasi dihancurkan, dan tidak perlu juga semua nilai budaya perusahaan dihilangkan demi memburu kesuksesan. Transformasi justru akan berhasil jika dilakukan secara selektif – memperbaiki hal-hal lama yang rusak, jelek, dan tidak sesuai namun tidak meruntuhkan hal-hal lama yang terawat, baik, dan selaras dengan lingkungan bisnis baru. Dengan kata lain transformasi yang berhasil adalah transformasi yang sesuai dengan permintaan kebutuhan (on demand).
Buku ini menjawab pertanyaan bagaimana melakukan transformasi on demand secara sistematis. Efektif, dan efisien dalam konteks lingkungan bisnis di Indonesia yang pasti berbeda dengan lingkungan bisnis di Amerika atau dunia barat yang sering menjadi contoh kasus buku sejenis.
Akhirnya, buku ini menawarkan lima agenda transformasi yang dipercaya ampuh kesuksesan, yaitu: memutar arah bisnis dengan visi-misi, menggerakkan transformasi dari atas, menyelaraskan mesin bisnis, mengembangkan budaya dan orang, dan merancang sistem pengukuran kinerja transformasi berbasis tiga dimensi seko bansai. Prinsipnya kelima aspek itu bernaung pada kerangka berpikir keseimbangan yin-yang yang selalu dipercaya penulis sejak buku pertamanya CE-Balance: Road to Seko Bansai lahir.
Di samping itu, buku ini juga menghadirkan pendekatan praktis-eksekusi khas praktisi. Hal ini tidak lain karena penulis juga seorang CEO yang sukses menahkodai transformasi di perusahaannya. Kata penulis, strategy fit sama pentingnya dengan execution fit!