Dengan sebuah jip butut, George Mct. Kahin mencoba menembus blokade Belanda untuk memasuki wilayah Republik Indonesia. Ia berhasil, tetapi bagaimana Ia, sebagai orang asing, harus menghadapi rakyat yang mencurigai setiap orang yang memasuki wilayah Republik? Atas nasihat seorang perwira TNI yang mempercayainya, ia memasang bendera Amerika dan Merah Putih di mobilnya. Tetapi, sesuai dengan tuntunan montir yang membantunya, Sang Saka sepuluh sentimeter lebih tinggi dari Stars and Stripes.
Sekelumit kisah di masa Revolusi ini mungkin tampak sebagai sebuah anekdot, tetapi kisah ini juga merupakan salah satu denyut sejarah yang luput dari “catatan sejarah.”
Buku ini tidak hanya berisi renungan pribadi – yang membuat kita mengenal sejarah lebih akrab – tetapi juga menyuguhkan berbagai studi yang belum banyak mendapat perhatian, seperti latar belakang Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia, pembentukan barisan perjuangan di dalam negeri, dan aktivitas pejuang di luar negeri. Selain itu, buku ini juga menampilkan bagaimana perwujudan politik yang demokrasi dalam suasana revolusi, bagaimana revolusi dibiayai, dan kepeloporan wanita dalam perang kemerdekaan.
Baik para mahasiswa, dosen, pengambil; keputusan, peminat sejarah nasional maupun masyarakat umum akan memetik manfaat dari buku yang juga dilengkapi dengan tulisan-tulisan berisi studi perbandingan ini. Periode yang dahsyat yang paling menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia tak lepas dari kemungkinan melahirkan banyak kesalahpahaman dan perbedaan sudut pandang, dan tulisan-tulisan dalam buku ini menumbuhkan sikap seperti yang diungkapkan oleh para sejarawan Jerman, Bewältigung de Vergangenheit, berdamai dengan sejarah. Yang tak kalah pentingnya, ia membantu kita melihat ke belakang untuk mempelajari cara yang terbaik untuk melangkah ke depan.