Sudah sering dikemukakan bahwa di Indonesia belum pernah muncul suatu kelas pengusaha nasional yang kuat, tulen dan otonom, yang diharapkan bisa menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Banyak analisis menyebutkan bahwa hal itu terjadi karena adanya “mentalitas pra-kapitalis” di kalangan pribumi di satu pihak, dan masih berlakunya faktor-faktor struktural yang secara historis telah lama memblokir pertemuan borjuasi asli nasional, di lain pihak.
Buku ini, meskipun menerapkan pendekatan yang sudah banyak dikritik, secara fasih telah berhasil mengajukan sebuah deskripsi terinci mengenai munculnya jenis pengusaha lain yang disebut “pengusaha-klien”. Mereka muncul dalam suatu latar budaya politik patrimonial yang menganggap birokrasi sebagai perpanjangan tangan golongan yang berkuasa untuk mengontrol kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik.
Menurut penulis, dengan mempertahankan struktur ekonomi politik yang menjadi produk langsung patrimonialisme, bukan tidak mungkin ia akan mempunyai akibat-akibat yang disruptif, karena pembagian rezeki dan upaya untuk mempertahankan stabilitas politik yang dikontrol oleh negara cenderung menggunakan cara-cara penekanan langsung – suatu cara yang dalam jangka panjang justru akan menghalangi munculnya sistem kapitalisme industri yang diinginkan.