Bagaimana memahami keadilan dalam hubungan antara manusia dan alam? Hubungan yang cenderung memeras, mereduksi, dan mengobjekkan alam sekadar sebagai pemuas kebutuhan-kebutuhan ekonomi manusia" layak dipertanyakan nilai keadilannya. Nilai keadilan hanya dapat terwujud apabila kita mampu membebaskan diri dari dudukan pemeras, pereduksi, dan pengobjek alam. Manusia perlu menyadari bahwa kemunculan dirinya di dunia merupakan produk proses evolusi rohani serta jasmani alam. Manusia pada hakikatnya merupakan bagian yang built-in dengan proses perkembangan evolusi tersebut. Kejadian manusia bisa saja diterima sebagai puncak dari proses kosmis tersebut. Namun, realitas paling dasarnya tetap mau mengatakan, manusia selayaknya menyadari diri sebagai bagian dari alam yang hanya bisa bersikap adil kalau mau bersimbiosis mutualistis dengan alam. (Dr. Ir. P. Wiryono, SJ, dalam "Kata Pengantar")