Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Perjanjian Giyanti: Strategi Politik Teritorial Untuk Mewujudkan Perdamaian Di Kraton Mataram
Perjanjian Giyanti merupakan tonggak penting dalam mewujudkan Proses perdamaian di Kraton Mataram. Selama enam tahun lamanya Sunan Paku Buwana III belajar sejarah Tanah Jawa. Dari masa ke masa selalu muncul problematika yang berbeda. Dari sekian tokoh historis, Raja Airlangga menjadi figur istimewa. Sikapnya yang bersedia berbagi dalam kekuasaan ditiru oleh Paku Buwana, dengan menandatangani kontrak penting yaitu Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga. Sinuwun Paku Buwana III memberi ganjaran kepada Pangeran Mangkubumi pada tanggal 13 Pebruari 1755. Berkat perjanjian Giyanti resmilah Pangeran Mangkubumi menjadi raja Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwana I. Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa dinobatkan menjadi KGPAA Mangkunegara I pada tanggal 17 Maret 1757 dengan Perjanjian Salatiga. Keduanya mendapat kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, keagungan dan keluhuran berkat kemurahan Sunan Paku Buwana III. Sejarah yang patut dan perlu dianut. Aktivis perdamaian yang cinta lingkungan mendapatkan suri teladan utama. Sunan Paku Buwana III yang bergelar Sinuwun Suwarga mewariskan peradaban yang terhormat dan bermartabat. Gelar Bapak Perdamaian layak disandang oleh Kanjeng sinuwun Paku Buwana III, raja Surakarta Hadiningrat, yang berbudi bawa laksana, hambeg adil paramarta, memayu hayuning bawana.
Ketersediaan
I00135-C1 | I00135 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
I00135
|
Penerbit | Laras Media Prima : Yogyakarta., 2015 |
Deskripsi Fisik |
14 x 20 cm / 252 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
9786021996259
|
Klasifikasi |
959.82 / PUR / p
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain