Dari pergaulan selama beberapa tahun di Mertoyudan, hal yang paling saya ingat adalah ajaran singkatnya mengenai pengelolaan uang dan tabungan. Romo Casutt selalu mengatakan, Sebaiknya uang yang kamu terima tidak diambil semua, ditabung di sini. Nanti bisa dipakai untuk ongkos pulang liburan. Dan kalau lebih, bisa diberikan kembali kepada orangtuamu. Romo juga mengajarkan, bagaimana membuat laporan penggunaan uang secara sederhana. - H. Witdarmono, Alumnus Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Angkatan CP 1957.
Jujur saja, hingga saat ini saya masih terus bertanya dalam hati, mengapa Romo membuat segalanya itu untuk saya? Saya sendiri tidak pernah berani menanyakan hal itu. Kalaupun saya mencoba menjawab pertanyaan itu, saya yakin jawabannya niscaya bukan jawaban Romo. Tetapi saya harus menjawab. Dengan demikian, saya tahu apa yang harus saya buat. - Gaspar P. Ehok, Penghuni Asrama Realino (1968-197l)
Realino boleh disebut sebagai Indonesia mini, penuh keragaman, hidup tidak terkotak-kotak. Semua sama, tidak ada perbedaan. Setiap enam bulan sekali semua penghuni pindah kamar, dicampur dengan orang lain lagi yang berbeda fakultas, suku, dan agama. - Gufron Sumariyono, Penghuni Asrama Realino (1963-1968)
Sederhana dan hemat, itulah ajaran utama Romo Casutt yang amat berkesan pada diri saya. Hidupnya jauh dari kesan mencari kesenangan dan kenikmatan. Baju pun ada yang sudah berusia lebih dari 20 tahun, dan masih digunakan, meski di sana-sini terdapat jahitan. Sungguh, kesederhanaan dan hidup hemat menjadi teladan bagi hidup saya. - Istanto SJ, Superior ATMI Cikarang