Dalam dunia yang dikatakan modern seperti sekarang, di mana semua aspek kehidupan berasaskan pada demokrasi dan kebebasan berpikir, sebagai orang beriman tentu kita harus memiliki akar ketauhidan yang cukup kuat namun berwawasan terbuka. Ini berkaitan dengan konsep rahmatan lil ‘alamin yang selalu diusung Al Qur’an di dalam memposisikan Islam pada kehidupan manusia sebagai agama yang paling sesuai dengan logika. Kenyataan yang ada sekarang, masih banyak umat Islam yang kurang bisa merepresentasikan Islam sebagai agama yang moderat. Farid Esack, aslinya adalah seorang Teolog dan ahli hukum Islam lulusan Pakistan yang kini menjadi guru besar dalam kajian Etika, Agama dan masyarakat di Xavier University, Cincinnati-Amerika Serikat.
Sebagai orang yang selalu melihat pahitnya kemiskinan, kekerasan ras dan seksisme di negara asalnya Afrika Selatan, ia pun selalu tergerak untuk melakukan aktivitas sosial keagamaan di tengah masyarakat demi tercapainya keadilan. Farid Esack terus menyampaikan perlunya Islam Progresif, Islam yang terbuka, segar dan responsive terhadap persoalan kemanusiaan. Islam yang tidak menjadi monopoli kaum elit terdidik dan intelektual Muslim saja.
Farid Esack terus menerus menyampaikan perlunya Islam yang progresif. Islam Progresif adalah Islam yang terbuka, segar, cerdas dan responsif terhadap persoalan kemanusiaan, dan tidak menjadi monopoli kaum elite terdidik dan intelektual Muslim saja. Islam progresif bukan hanya menuntut pemahaman yang kontekstual akan permasalahan umat manusia-sebagaimana yang telah dilakukan oleh gerakan-gerakan pembaruan Islam lainnya – tapi juga terjun langsung menanganinya, sekecil apa pun upayanya.