Harmoni, bagi orang Bali, selalu utama. Acap kali itikad menjaga keselarasan akhirnya melahirkan tindak kekerasan, ketika mereka salah mengartikan makna keseimbangan, keragaman, dan kebersamaan. Yang berani tampil beda dikucilkan, sedapat mungkin ditiadakan, karena dianggap merusak harmoni. Kalau bisa, dilenyapkan saja, ditikam dengan sanksi adat yang sering tidak masuk akal. Tanpa disadari, orang Bali meniadakan pembaruan, meredam kreativitas, menghapus keberadaan sanak saudara dan kerabat.
Bali menikam Bali adalah sejarah kelam, ganjil, karena orang Bali memiliki tat twam asi: pegangan hidup yang mengajarkan agar manusia senantiasa mengasihi sesama, karena menyakiti, merusak, menikam orang lain, sama artinya dengan membacok diri sendiri.
Buku ini merupakan himpunan editorial Sarad, majalah berita budaya yang mengungkap perihal pikir, kata dan tindak manusia Bali. Semoga kita, di buku ini, sungguh-sungguh mendapatkan teks tentang Bali yang unik dan otentik, karena dikerjakan sepenuh hati oleh orang Bali, dengan citra rasa Bali.