Kita jatuh bangun berjuang untuk menemukan diri sendiri, sebagai anak kesayangan Tuhan. Kita sering lari dari cinta kasih Tuhan, kita sering terpeleset untuk mengikuti kemauan kita sendiri dibanding mengikuti dan melaksanakan kehendak Tuhan. Kita sering hidup seperti si anak bungsu yang menghabiskan anugerah Tuhan dengan tindakan dan barang yang sia-sia, kita juga sering hidup seperti si anak sulung, yang bagaikan orang Farisi, begitu taat, bekerja keras, begitu baik, namun semuanya hanya palsu, hanya diluaran saja. Ketika kita melongok ke dalam kamar kita yang paling dalam ternyata kita menemukan bongkahan-bongkahan rasa iri hati, kebencian, keterpaksaan, hanya mencari hormat. Kita menyadari bahwa apa yang terjadi di dalam hati kita. Semua sedang “hilang”, dan kalau kita meluangkan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan yang selalu memanggil kita untuk kembali, dan kita bersedia untuk ditemukan kembali, maka percayalah akan kasih Tuhan, kita yang “hilang akan di temukan kembali”. Kembalilah Anakku, Aku Menantimu! Merupakan sapaan yang penuh cinta dan kesabaran.
Pengalaman hilang dan ditemukan kembali akan membawa kita pada keyakinan yang semakin penuh bahwa kita anak-anak yang dikasihi Tuhan, bahwa kita sungguh dicintai-NYA dan bahwa Tuhan memberikan diri-NYA untuk kita, untuk masing-masing dari kita. Pengalaman ini akan membakar hati kita untuk membalas kasih-NYA dengan semakin mencintai-NYA dengan memohon rahmat agar dapat menunjukkan sebagai anak-anak Tuhan. Kita menggunakan segala yang baik di dalam diri kita dan di sekitar kita untuk memuji, memuliakan Tuhan, dan melayani Tuhan.