Hanya di saat-saat ketika kita tidak lagi saling percaya, tidak lagi mempercayai sesama untuk melakukan apa yang benar, mampukah suara yang lantang muncul untuk yang berani, seperti Dalai Lama, untuk menghadapi saat-saat seperti itu dan membangkitkan harapan kita kembali.
Dibutuhkan sebuah argumen untuk kebaikan manusia yang mendasar. Jumlah orang yang melewatkan hidupnya dengan bersikap keras dan tidak jujur sangat sedikit ketimbang sejumlah orang – kebanyakan belum pernah kita dengar sebelumnya – yang selalu mendoakan keberuntungan orang lain. Menurut Dalai Lama, keberlangsungan hidup kita memang bergantung dan akan berlanjut untuk sepenuhnya mengandalkan kebaikan kita. “Yang jauh lebih efektif dan penting daripada undang-undang adalah pandangan kita terhadap perasaan orang lain pada tingkat manusiawi yang sederhana... Di sini, saya mengacu pada kapasitas yang kita miliki untuk saling menunjukkan rasa simpati kepada yang lain... untuk sampai pada tingkat ketidaksanggupan sewaktu melihat penderitaan sesama.”
Dalai Lama menyajikan sistem yang tidak hanya didasarkan pada akal sehat dan daya nalar, yang berlawanan dengan dogma-dogma agama atau undang-undang yang mampu menelurkan tindakan hukum, tetapi juga pada kebahagiaan sebagai tujuan akhir bagi setiap individu. Ia melukiskan bahwa, kita manusia, ternyata lebih baik dari yang kita duga, dan suatu masyarakat dan kehidupan yang menanamkan cinta kasih dan belas kasihan sungguh-sungguh mampu kita jangkau sepenuhnya. Andai cukup banyak orang yang mampu bertindak berdasarkan pemahaman tentang “kemurnian asli” mereka, revolusi perdamaian yang mendunia akan menjadi kenyataan.