Image of Canting: Sebuah Roman Keluarga

Text

Canting: Sebuah Roman Keluarga



Canting, carat tembaga untuk membatik, bagi buruh-buruh batik menjadi nyawa. Setiap saat terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan napas dan perasaan. Tapi batik yang dibuat dengan canting kini terbanting, karena munculnya jenis printing – cetak. Kalau proses pembatikan lewat canting memerlukan waktu berbulan-bulan, jenis batik cetak ini cukup beberapa kejab saja.
Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan. Adalah Ni – sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean – yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa; Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya; serta kakak-kakaknya yang sukses.
Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi. "Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera." Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng – aneh, untuk bisa bertahan. Ni yang lahir ketika Ki Ageng Suryamentaram meninggal dunia, adalah generasi kedua, setelah ayahnya, yang berani tidak Jawa.


Ketersediaan

I16800-C1I16800My LibraryTersedia
I16800-C2I16800My LibraryTersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
I16800
Penerbit Gramedia Pustaka Utama PT. : Jakarta.,
Deskripsi Fisik
11 x 18 cm / 406 pg
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9789792232493
Klasifikasi
899.221 / ATM / c
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaDetail XMLKutip ini