Stephen Hawking telah mencapai sebuah posisi yang unik dalam budaya kontempoter, yang memadukan keunggulan di bidang fisika teoretis dengan reputasi populer yang biasanya diberikan untuk bintang-bintang film dan para musisi rock. Tetapi karya teknis Hawking begitu menantang, dalam lingkup konseptual dan detail matematisnya, sehingga pemahaman yang tepat terhadap arti penting karyanya melampaui pemahaman semua orang, kecuali bagi sedikit spesialis. Lantas, bagaimana Hawking-sang-ilmuwan bisa menjadi Hawking-sang-ikon?
Teori-teorinya sering membawa Hawking masuk ke wilayah intelektual yang secara tradisional merupakan wilayah agama dan bukan wilayah ilmu. Dia mengakui hal ini secara eksplisit pada kalimat penutup di dalam buku bestseller-nya, A Brief History of Time, di mana dia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah mengetahui Pikiran Tuhan’.
Hawking dan Pikiran Tuhan memaparkan konotasi atau pengertian pseudoreligius pada beberapa tema kunci dalam karya Hawking, dan bagaimana pengertian ini memberi keterangan bukan hanya tentang pengkultusan Hawking itu sendiri, namun juga tentang masalah yang lebih luas perihal bagaimana para ilmuwan merepresentasikan dirinya di dalam media.