Image of Perawan Tiga Detik

Text

Perawan Tiga Detik



Dalam definisi awam-tradisional, keperawanan hanya diukur dari kaca mata sederhana, “seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis". Cakupannya pun sangat terbatas hanya berlaku bagi perempuan, bertaut dengan selaput dara. Definisi ini kini menjadi usang dan pada taraf tertentu tidak adil, bahkan menyesatkan. Ini tentu tidak adil, misalnya, bagi perempuan yang diperkosa, naik sepeda atau naik kuda, yang robek selaput daranya.
Definisi tradisional menerapkan standar ganda terhadap kategori keperawanan. Di satu sisi, ia membatasi cakupan gender hanya pada perempuan, dan di sisi lain ditalitemalikan dengan persoalan "kemurnian" atau "kesucian". Apakah ihwal kemurnian dan kesucian hanya untuk pihak perempuan? Ini tentu tidak adil dan diskriminatif. Bagaimana pula dengan keperawanan lesbian, gay atau homoseksual? Bagaimana juga dengan perselingkuhan via cybersex atau sex onl ine yang sekarang menyeruak ke permukaan? Definisi tradisional yang kaku dan diskriminatif jelas tak berkutik di hadapan berbagai permasalahan kekinian. Karenanya, diperlukan definisi baru atasnya. Dalam optik penulis buku ini, keperawanan seharusnya mencakup dua sisi yang bertalian, yakni fisik dan emosional. Pada optik ini, keperawanan bukan melulu sesuatu yang hilang atau diambil orang lain secara fisik, tetapi juga faktor emosional. Maka, perempuan yang diperkosa secara emosional hakikatnya masih perawan, meski terenggut selaput daranya. Sebaliknya, orang yang berselingkuh melalui cybersex atau phonesex, sejatinya telah kehilangan keperawanan secara emosional.


Ketersediaan

I01887-C1I01887My LibraryTersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
I01887
Penerbit Galang Press : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
11 x 18 cm / 272 pg
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
979362731X
Klasifikasi
155.3 / BAS / p
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaDetail XMLKutip ini