Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Tertawa Bersama Gus Dur: Humornya Kiai Indonesia
Seorang pandita Hindu, seorang pastor Katolik, dan seorang kiai Islam, memperdebatkan tentang siapa di antara mereka yang paling dekat dengan Tuhan. “Kami!” ujar pandita Hindu. “Kami memanggil Dia Om, seperti kami menyebut paman kami,” jawab pandita Hindu sambil merapatkan kedua tangan di dada. “Om, shanti, shanti, Om.” “Kalau begitu, kamilah yang jelas lebih dekat kepada Tuhan!” ujar pendeta Katolik, “Kami memanggil Dia 'Bapa'. Bapa kami yang ada di Surga.” Kiai terdiam. “Hm . . ., ” sang kiai merenung, “sebenarnya kalau kami ingin memanggilnya, kami tinggal berteriak saja dari menara masjid . . . .”
Berlatar belakang keluarga pesantren, Gus Dur dibesarkan oleh tradisi guyonan kalangan Nadhliyin yang blak-blakan. Setiap guyonan yang terlontar dari mulut Gus Dur adalah sebuah refleksi atas berbagai hal dan peristiwa. Dia pun tak ragu menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan guyonan, dan dengan itu dia pun mengajarkan sikap self-criticism kepada pendengarnya. Buku Tertawa Bersama Gus Dur ini mengompilasi kembali berbagai guyonan Gus Dur yang selama ini telah membuat banyak orang tersenyum. Seperti Nasrudin Hoja dan Abu Nawas, humor Gus Dur tak hanya membuat orang tertawa, tetapi juga merenungi betapa kegetiran dunia ternyata bisa diselesaikan dengan humor ala sufi yang kritis.
Ketersediaan
I21535-C1 | I21535 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
I21535
|
Penerbit | Mizan Pustaka : Bandung., 2010 |
Deskripsi Fisik |
16,5 x 19 cm / 90 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
9786028236621
|
Klasifikasi |
808.87 / ZIK / t
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain