Fransiskus Assisi, perintis gerakan fransiskanisme, menjadikan evangelisasi sebagai salah satu opsi utama yang mendasari sekaligus menjiwai keberadaannya. Semangat evangelisasi yang didasarkan pada panggilan ilahi, dengan demikian merupakan bagian konstitutif gerakan para Fransiskan.
“Francis, go and rebuild My church!” perintah Dia yang miskin dan tersalib, diyakini sebagai tugas perutusan bukan untuk memperbaiki bangunan fisik rumah ibadat melainkan mereformasi cara hidup menggereja.
Para Fransiskan melestarikan tugas perutusan dan panggilan tersebut sepanjang sejarah secara dinamis. Dalam pelbagai fungsi dan peran, baik yang mencolok mata maupun (dan terutama) yang sederhana (yang cenderung dilupakan). Para Fransiskan dengan berkat Tuhan berupaya menepati Injil suci Tuhan Yesus. “In doctrina et sanctitate” diejawantahkan semangat hidup sebagai saudara, dengan cara hidup bersahaja, dan mengalir dari perjumpaan personal dengan Hyang Ilahi, yang terlaksana dalam masyarakat dunia.
Kehadiran Fransiskan di Nusantara ini berkaitan dengan kepentingan Gereja semesta, yakni menyampaikan kepedulian Allah yang berinkarnasi demi kasih dan kesejahteraan semua ciptaan-Nya. Maka interaksi gerakan Fransiskan dengan insan dan budaya setempat merupakan keniscayaan. Inilah saatnya untuk menyampaikan pujian dan syukur kepada-Nya.
Selain itu, kehadiran Fransiskan tidak dapat dimengerti tanpa kesediaan banyak pihak untuk berbagi dalam ikhtiar mewujudkan kebaikan bersama.