Dalam perjalanan penulis dan istri menuju Benua Kangguru, Australia ada semacam dorongan yang sangat kuat dalam diri penulis untuk menuliskan buku ini. Entah mengapa dalam perjalanan kali ini penulis mendapatkan semacam pencerahan saat melayang tinggi menjelajahi langit biru dan melintasi samudera, membuat kita merasakan betapa kerdilnya manusia dibandingkan alam yang begitu luas. Saat memandangi awan-awan putih yang bagaikan salju, seolah semua itu memisahkan kita dengan kehidupan yang ada di dunia ini.
Merasakan bagaimana manusia dengan segala kemampuannya bisa terbang ke langit bebas dengan beban puluhan ton, melahirkan suatu kebanggaan, namun ketika kita melihat sekeliling menyadarkan bahwa dibanding dengan alam raya yang luar biasa luas ini, ternyata kita tidak ada apa-apanya. Terasa begitu kecil dan tidak berdayanya manusia berhadapan dengan alam semesta, semakin menaklukkan hati terhadap kebesaran Yang Menciptakan segala-galanya, bahwa kita sebagai manusia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kebesaran-Nya.
Hal inilah yang memberi inspirasi kepada saya untuk mencoba melahirkan buku ini, bagaimana kita mampu mengarungi samudra kehidupan, bukan selama 7 jam, tetapi mungkin selama 70 tahun atau bahkan lebih. Bagaimana kiat-kiat agar kita mampu menjadi nahkoda kapal kehidupan yang baik, sehingga mampu membawa perahu kehidupan kita mencapai pulau kebahagiaan.