Saat itu tahun 1813. Petronella Coppens, seorang wanita bujangan yang berada, yang tinggal di kota ‘s-Hertogenbosch yang miskin, menampung seorang anak perempuan yang ditelantarkan. Anak-anak yang ditelantarkan berasal dari lapisan masyarakat bawah dan sering kali tidak mempunyai orang tua yang bisa mengasuh mereka. Waktu Patronella mulai membantu lebih banyak anak seperti ini, pastor pembantu dari Den Bosch, Jacobus Heeren meminta wanita-wanita lain untuk membantu dia. Yang akhirnya menyebabkan pada tahun 1820 ia dirikan Kongregasi Putri Maria dan Yosef, yang di Negeri Belanda juga dikenal sebagai para Suster dari Choorstraat. Ini menjadi awal dari suatu karya kasih yang besar, terutama di bidang sekolah, asrama, rumah yatim piatu, rumah jompo dan rumah sakit, di dalam dan luar negeri.
Buku ini, mengikuti jejak perkembangan dan perluasan karya-karya kasih itu. Penulis Andries Molengraaf (1970) mengisahkan bagaimana kongregasi ini, sesudah masa awal yang agak ragu-ragu, bertumbuh dengan pesat dan menangani semakin banyak tugas. Banyak perhatian diberikan kepada karya rintisan para suster di asrama-asrama pendidikan untuk anak-anak yang tuna rungu, atau berpendengaran kurang baik, lemah daya tangkap atau terganggu perilakunya. Juga misi-misi di luar negeri, yang di Indonesia sampai sekarang masih merupakan ranting yang mengembang, dibahas dengan panjang lebar.
Yang juga tidak lupa dibicarakan adalah penyusutan karya-karya kasih sesudah masa perang. Molengraaf membuat kepedihan perasaan para suster, yang disebabkan olah masa kemunduran ini, nyata. Dengan perubahan yang mengherankan ia mengakhiri kisahnya.