Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.
“Wrapped in a Chinese kung fu-styled novel and almost as brutal and dark as Chuck Palahniuk’s Fight Club, Eka has maintained his place on the frontlines of Indonesian writers.”
— Adisti Sukma Sawitri, The Jakarta Post
“Dalam Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Eka menulis dengan semangat bermain-main yang cerdik dan lihai.”
— Anton Kurnia, Jawa Pos
“Eka piawai menyisipkan makna yang tertebar di sana-sini.”
— Heri CS, Suara Merdeka
“Seperti dua novel Eka sebelumnya, novel ini dipenuhi tokoh-tokoh dengan karakter yang ‘tidak waras’. Ketidakwarasan tokoh-tokohnya, di luar motif hasrat seks yang menggerakkan mereka, juga menjadi cermin dari ketidakwarasan zamannya.”
— Aris Kurniawan, Koran Tempo
“Dialog dengan ‘kemaluan’ jadi ruang permenungan, melahirkan keyakinankeyakinan tak biasa.”
— Widyanuari Eko Putra, Kompas
Ketersediaan
I31791-C1 | I31791 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
I31791
|
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama PT. : Jakarta., 2015 |
Deskripsi Fisik |
14 x 21 cm / 243 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
9786020324708
|
Klasifikasi |
899.221 / KUR / s
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain