Seorang sufi yang alim dan luas pengetahuannya, jatuh hati pada seorang budak wanita. Kisah percintaan mereka jadi bahan gunjingan masyarakat, apalagi budak itu adalah seorang penyanyi, yang dinilai sebagai pekerjaan hina.
Pantaskah seorang alim mencintai seorang penyanyi wanita? Pantaskah tokoh yang disegani masyarakat karena ketakwaannya, terus menerus memuji kecantikan seorang wanita, dan meratap sedih karena kehilangan? Apakah dengan demikian ketakwaannya kepada Tuhan menjadi luntur?
Novel ini menarik untuk disimak dari huruf ke huruf, baris ke baris. Bisa jadi novel ini memberi jawaban seputar makna cinta. Karena salah satu cara untuk mencintai Tuhan adalah dengan mencintai makhluk-Nya. Dengan mencintai sesama makhluk, hati akan lebih terbuka dan menyerap pesan-pesan Ilahiah. Dan cinta sejati, tak akan sirna walau jiwa tak bersatu.