Di pertengahan tahun 1940-an, situasi India sangatlah sulit. Tidak saja kemiskinan, tetapi juga pertikaian politik, terlebih menjelang kemerdekaan India, juga perang antaragama terjadi. Kalkuta dipenuhi dengan pengungsi, korban perang, dan orang-orang miskin. Siapa gerangan yang dapat menolong orang-orang ini dari derita yang mereka alami?
Inilah kisah tentang Teresa, seorang biarawati yang merasa terpanggil untuk keluar dari diri sendiri, dari belenggu yang membatasi dirinya, dan memberikan dirinya bagi Tuhan lewat mereka yang miskin dan menderita. Namanya membekas hangat dan menjadi inspirasi bagi sangat banyak orang di abad ke-21 ini tanpa peduli agama ataupun keyakinannya.
Situasi tragedi, kemiskinan yang semakin parah, bahkan penolakan dan kecurigaan yang dialami tidak menjadikan Teresa keruh, malahan semakin jernih dalam mengenali suara panggilan Tuhan. Tragedi bukan untuk dilihat, melainkan untuk disapa, dan kepadanya kasih disampaikan, luka disembuhkan, kesepian dihibur, dan kemarahan diluluhkan. Yang pertama-tama dibutuhkan di tengah tragedi bukan analisis, bukan tuduhan dan mencari penyebab apalagi memanfaatkan tragedi untuk keuntungan. Teresa memperlihatkan secara jelas, yang paling dibutuhkan adalah kasih. Dan tanda kasih paling nyata adalah uluran tangan.