Nasib perempuan dalam iklan barangkali akan sejalan dengan nasib perempuan dalam masyarakat. Semakin masyarakat hipokrit dan patriarkis, semakin kuat perempuan menjadi simbol represi dan pada gilirannya perempuan akan semakin diburu oleh industri periklanan. Dalam masyarakat yang sudah dewasa dalam mengelola hubungan laki-laki perempuan, orang mungkin tidak terlalu tertarik pada iklan yang mengeksploitasi perempuan. Dengan demikian industri iklan akan bersaing mencari teknik untuk melahirkan wacana histeris dalam periklanan. Hanya masyarakat yang sudah mempunyai banyak cara dalam menghasilkan wacana histeris. Bisa peka akan iklan yang kitch dan tidak, demikian juga, hanya masyarakat yang demikian ini, yang berani mengatakan bahwa iklan ini indah dan iklan yang lain kitch. Tapi alasannya bukan karena suatu iklan menggunakan perempuan atau tidak melainkan karena alasan seni.