"Pecahnya perang menjauhkan saya dari studi dan lingkungan universitas. Pada masa itu saya kehilangan ayah saya, satu-satunya orang yang bagi saya merupakan keluarga saya yang paling dekat. Juga hal itu, secara obyektip, menimbulkan suatu proses dalam diri saya untuk menjauhkan diri dari rencana saya yang terdahulu. Dalam arti tertentu saya seperti tercabut dari bumi di mana sampai saat itu kemanusiaan saya berkembang.
Sebenarnya proses tadi tidak bersifat negatip semata-mata. Sesungguhnya dalam kesadaran saya pada saat itu juga-semakin jelas muncul suatu terang: Tuhan menghendaki saya menjadi seorang imam . Pada suatu hari saya melihat dengan sangat jelas: ada semacam suatu penerangan batin, yang membawa sukacita dan kedamaian dibandingkan dengan panggilan lain. Dan kesadaran itu memenuhi hati saya dengan suatu kedamaian dalam hati."
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13,8)