Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Titik Temu Hubungan Iman Dan Akal: Suatu Telaah Kritis Atas Evolusi Kesadaran Dalam Perspektif Teori Teilhard De Chardin
Menggagas hubungan iman dan akal menjadi persoalan utama yang hendak dikuak dalam disertasi ini. Persoalan ini kaya dengan berbagai perspektif, dan khususnya dalam disertasi ini adalah merupakan upaya untuk menjawab dalam perspektif filosofis, dalam menggali titik temu yang menghubungkan iman dan akal melalui tinjauan kritis atas evolusi kesadaran yang didasarkan pada teori Pierre Teilhard de Chardin.
Awalnya, pergolakan antara iman dan rasio adalah pergumulan para kaum agamawan yang berusaha menjawab tantangan dari filsafat Yunani. Dari sanalah muncul ungkapan Tertulianus: "whot does Athens have in common with Jerusalem?', juga Agustinus dengan ungkapan: faith seeking understanding (fides quaerens intellectum). Bergerak maju ke zaman Pencerahan,. titik berat perdebatan lebih dititikberatkan pada potensi manusia dengan akalnya. Peristiwa yang dialami Galileo menjadi catatan penting dalam sejarah, dan semakin banyak orang yang menekankan bahwa manusia tidak dapat sampai kepada Tuhan melalui akal sebab Tuhan itu sama sekali tidak dapat dikenali. Kecedurungan hubungan iman dan akal, ataupun sains dan agama kemudian sering dipandang bermusuhan dan berada dalam sebuah pertempuran hidup-mati. Namun, beberapa orang berupaya mencari kemitraan yang konstruktif antara keduanya. Pada posisi inilah Pierre Teilhard de Chardin menghadirkan peta pemikirannya tentang evolusi kesadaran.
Evolusi merupakan sebuah proses panjang yang melibatkan berbagai elemen, mulai dari yang sederhana, mengalami keterpecahan, berkembang menjadi semakin kompleks, selama kurun waktu yang sangat panjang. Kehadiran manusia dalam fase noosfera, di mana kesadaran menjadi penanda kehadirannya. Manusia yang berkesadaran harus dilihat sebagai pribadi yang memiliki otonomi aatas dirinya, sebagai animal rationale, yang dalam pergulatannya itu menciptakan simbol-simbol dalam menjalin komunikasi juga berpikir, sehingga apa yang disampaikan olehnya menjadi bermakna (animal symbolicum). Sebagai homo religiosus, manusia selalu
terdorong ke arah yang kudus dan terlibat dalam pengalaman-pengalaman pribadinya yang bersifat religius. Dan dalam keseluruhannya itu, manusia mengalami dinamisasi dan terus berproses dalam hidupnya.
Di bawah pengaruh misitisme, Teilhard mengusung pemahaman communion with God sebagai kecendurungan yang dimiliki manusia sebagai homo religiosus. Communion with earth yang menunjuk pada kemampuan manusia dalam mengolah dan memahami alam lewat perkembangan ilmu dan teknologi sekaligus menunjuk pada kecendurungan manusia sebagai animal rationale. Jalan ketiga adalah communion with God through earth, adalah titik temu yang memungkinkan bertemunya iman dan akal, di mana manusia adalah kunci utama yang memainkan peranan ini. Manusia yang senantiasa berproses dalam hidupnya mampu menggapai hubungan iman dan akal, justru karena apa yang dimilikinya (keutuhan dimensi diri manusia) merupakan rahmat yang berasal dari Tuhan. Baik dirinya sebagai onimal rotionale ataupun homo religiosus melekat pada diri manusia sebagai bagian yang memang menjadi identitas diri yang kemudian diupayakan oleh
manusia dalam berbagai tataran. Pada saat manusia sebagai puncak dalam proses evolusi yang panjang menyembul dengan segenap kemampuan dan potensi mampu memposisikan dirinya dan meraih kesempurnaan melalui pencapaian tahapan-tahapan yang rasional juga yang religius, di situlah sebenarnya manusia mengalami pencerahan. Pencerahan ini adalah kesadaran bahwa dirinya adalah impetus of life dalam proses evolusi.
Ketersediaan
I13671-C1 | I13671 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
Disertasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Budaya dengan Kekhususan Filsafat dan Dipertahankan di dalam Sidang Terbuka Senat Akademiu Universitas Indonesia...
|
---|---|
No. Panggil |
I13671
|
Penerbit | Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia : Depok., 2008 |
Deskripsi Fisik |
21,5 x 28 cm / 225 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Klasifikasi |
116 / ANA / t
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain