Bagi sebagian orang bekerja di luar negeri merupakan sebuah mimpi dan harapan. Setiap tahun ribuan orang berusaha bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), baik secara legal maupun ilegal. Namun menjadi TKI di luar negeri ternyata tidak selamanya menyenangkan. Mereka akan berhadapan dengan berbagai masalah baik itu masalah ekonomi, sosial, budaya, hukum dan lain-lain. Realitas sosial menunjukkan terutama tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri mengalami masalah yang pelik. Mereka menghadapi masalah eksploitasi berupa gaji tak dibayar oleh majikan/agensi, beban kerja yang terlalu berat, kondisi kerja yang tidak sesuai, diusir majikan, tidak betah bekerja, pelecehan seksual/pemerkosaan, penyiksaan, terlantar hingga menjadi korban trafficking. Oleh karena itu dalam persiapan penempatan tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri khususnya dan TKI di luar negeri pada umumnya, calon tenaga kerja perlu diberi bekal pelatihan yang cukup sehingga mereka memiliki keterampilan kerja yang memadai. Selain itu, pihak Departemen Tenaga Kerja dan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) juga selayaknya memberikan perhatian yang maksimal kepada tenaga kerja baik dari perlindungan hukum, tindakan kekerasan dan pelecehan atau diskriminasi. Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Hal tersebut sangat diperlukan karena dalam Kebijakan Pengarusutamaan Gender, orientasi kegiatan dalam hal ini yang berkaitan dengan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri hendaknya diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan gender baik kebutuhan praktis gender maupun kebutuhan strategis gender.