Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Pijar-Pijar Islam: Pergumulan Kultur Dan Struktur
Dialog antar umat beragama adalah penting untuk menghilangkan rasa saling curiga, saling tidak percaya (mutual distrust) dan saling antipati di kalangan para pemeluk agama-agama. Metode dialog ini lebih tepat dilaksanakan oleh para (calon) pemuka dari berbagai agama karena mereka sudah memiliki perangkat pengetahuan doktrinal-teologis, persiapan mental psikologis dan persiapan intelektual akademis. Hasil-hasil dialog antar para (calon) pemuka agama hendaknya disosialisasikan ke kalangan akar rumput (lapisan umat tingkat bawah) agar mereka ikut saling mengetahui dan saling memahami konsepsi ajaran, sejarah perkembangan dan konstruk tradisi agama di luar agama yang mereka peluk.
Dalam kaitan ini, Prof. Dr. H. Faisal Ismail menegaskan agar format dan tujuan studi agama-agama di lingkungan IAIN misalnya, dan universitas atau sekolah tinggi yang dikelola oleh kelompok-kelompok komunitas agama atau lingkungan pendidikan non-formal di kalangan masyarakat agama perlu diarahkan pada: 1) dialog antarumat beragama, dan 2) studi agama sebagai fondasi dasar kerukunannya. Dialog tidak saja penting tetapi harus dirasakan pula sebagai suatu kebutuhan bersama dalam hubungan antar pemeluk agama. Tanpa dialog, umat beragama yang satu akan merasa sulit untuk memahami dan mengerti tentang konstruk ajaran, sejarah perkembangan, fenomena agama dan tradisi umat agama lain. Dengan kata lain, dialog merupakan salah satu cara yang efektif dan produktif untuk mencapai terciptanya saling pengertian dan kerukunan antar pemeluk agama.
Peranan agama dalam ranah perpolitikan Indonesia masih sangat besar, karena penduduk Indonesia umumnya beragama, sehingga agama dianggap paling efektif mempengaruhi massa dan untuk memperoleh dukungannya kepada partai politik tertentu. Apalagi masih kuatnya anggapan, kekuasaan itu bersifat sakral, karena dianugerahkan Tuhan kepada orang-orang tertentu, untuk mewakili kekuasaan-Nya di dunia. Anggapan demikian, mengakibatkan pergulatan untuk memperoleh kekuasaan dan usaha mempertahankannya, merupakan bagian dari agama. Kecenderungan inilah yang kemudian dimanipulasi dalam tindakan politisasi agama untuk kepentingan kekuasaan. Akibatnya membela kekuasaan seseorang dianggap sebagai pembela "agama", dan jika mati dalam pembelaan itu dipandang mati "syahid". Buku ini layak dibaca oleh kalangan cendekiawan pada umumnya. Khususnya mahasiswa, dosen perguruan tinggi agama, teologi, filsafat bahkan disiplin ilmu lain yang mempunyai minat di bidang kajian ini sebagai basis pengembangan keilmuan.
Ketersediaan
I25058-C1 | I25058 | My Library | Tersedia |
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
I25058
|
Penerbit | Lembaga Studi Filsafat Islam : Yogyakarta., 2002 |
Deskripsi Fisik |
14,3 x 21 cm / 328 pg
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
9795670182
|
Klasifikasi |
297.65 / ISM / p
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain