Jiwa sang pembangkang telah tumbuh subur dan sulit terkendali di Indonesia ini, khususnya di Jawa. Tak sedikit orang Jawa telah meletakkan etikanya sampai kebablasan ke ujung kaki. Tali pusat Jawa sudah semakin kendor.
Istilah-istilah bijak, seperti andhap asor, lomah-lameh, setiti ngati-ati, sudah semakin ditinggalkan. Hibridasi, percampuran halus elemen-elemen budaya Jawa dengan budaya asing, yang hendak menciptakan makna baru, semakin larut. Penguasa budaya Jawa yang tinggal nol koma persen ini memang harus bertarung dengan budaya lain.
Buku Etika Jawa ini merupakan cermin dan perenungan untuk diri kita sendiri. Di dalamnya, tak hanya termuat etika-etika tentang kesusilaan dan moralitas. Tapi, juga mengembang luas hingga etika seksual kejawen. Melalui buku ini Suwardi Endraswara mencoba menggambarkan realitas yang sedang terjadi di lapangan baru-baru ini. Pembenahan harus dilakukan! Segara!