Image of Orang-Orang Tionghoa & Islam Di Majapahit

Text

Orang-Orang Tionghoa & Islam Di Majapahit



Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Namun terkadang tafsir sejarah menelikung terlalu pahit untuk ditelan dan terlalu pedas dirasakan. Kenyataan ini terjadi pada sejarah keruntuhan Majapahit yang diiringi dengan pertumbuhan agama Islam di Nusantara.
Sejarah tentang perkembangan Islam di Majapahit per-nah menuai kontroversi. Para sejarawan mengungkap bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa orang Arab lewat jalur perdagangan. Para sejarawan tidak pernah melirik orang Tionghoa yang ternyata juga punya andil dalam membangun peradaban Islam.
Andrian menghadirkan buku ini untuk memotong kontroversi tersebut. Menurut dia, keruntuhan Kerajaan Majapahit banyak mengantarkan suatu peradaban bagi orang Tionghoa dalam proses Islamisasi di Nusantara. Dalam telaahnya, Majapahit sebagai kerajaan tertua di Jawa menjadi romantisme sejarah dalam pergulatan politik yang terjadi di tengah Islamisasi pada masa peralihan.
Andrian berhasil memunculkan tafsir baru tentang keberadaan multiagama yang tidak hanya terbatas pada pemeluk Hindu-Buddha, melainkan juga pemeluk Islam, khususnya pedagang Tionghoa-muslim. Bahkan Tionghoa-muslim sangat dihormati di pusat imperium terkenal itu.
Dalam uraiannya, Andrian mengungkapkan bahwa agama yang paling dominan dalam Kerajaan Majapahit memang Hindu-Siwa dan Buddha. Na mun Islam juga sudah ada dan berkembang di kerajaan itu. Bukti yang disuguhkan Andrian adalah kompleks makam Triloyo dan makam Putri Campa. Hal ini menjadi bukti komunitas muslim di wilayah ibu kota Majapahit.
Temuan Andrian ini diperkuat oleh Ma-Huan dalam bukunya, Ying Yai-Sheng-Lanyang, yang ditulis pada 1416. Penguatan lainnya terdapat dalam buku The Malay Annals of Semarang and Cheribon, yang diterjemahkan H.E. de Graaf. Utusan-utusan Tiongkok dari Dinasti Ming pada abad XV yang berada di Majapahit mayoritas adalah muslim.
Menurut Andrian, ada dua komunitas masyarakat muslim di Kerajaan Majapahit. Pertama, komunitas Huihuiren, orang Islam yang berasal dari bagian barat Cina. Kedua, komunitas Tangren yang berasal dari Guangdong, Zhangzhou, dan Quanzhou. Hal ini diperkuat oleh komunitas pedagang asing, yang kemudian menjadi kelompok elite baru Majapahit dan berperan besar dalam membawa Islam ke ibu kota Kerajaan Majapahit (Trowulan) pada abad XIV dan XV.
Mayoritas dari mereka adalah komunitas Tionghoa-muslim yang berasal dari tentara Dinasti Yuan. Para tentara Tionghoa-muslim ini kemudian banyak melakukan perkawinan dengan penduduk setempat. Pada titik ini, Andrian menyimpulkan bah wa terdapat jejak dan peran besar komunitas Tionghoa dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Dalam upaya merajut kebenaran jejak Tionghoa-muslim dalam penyebaran Islam di Nu-santra, Andrian menggunakan pelbagai disiplin ilmu, seperti historiografi, filologi, dan epigrafi. Kajian kritis Andrian ini menelaah secara filosofis dan mengkritik informasi sebagai langkah metodologis yang cukup menentukan dalam penulisan sejarah kritisnya. Di sini, Andrian mengarahkan pembentukan paradigma integrasi-interkoneksi antara pendekatan sejarah dan pendekatan keislaman.
Kajian ini juga membantah proses perkembangan masuknya Islam ke Nusantara dengan cara-cara kekerasan, seperti invasi militer, penghancuran musuh-musuh Islam, perusakan tempat ibadah, dan intoleransi lainnya. Adanya komunitas Tionghoa-muslim menjadi penanda kuat gema toleransi dalam Kerajaan Majapahit terhadap agama Islam.
Hal ini didasarkan pada Prasasti Canggu, yang di dalamnya terdapat sebuah kebijakan Hayam Wuruk kepada komunitas masyarakat Desa Jeruk, Bungkul, dan Surabaya untuk menjalankan ibadahnya sendiri. Menariknya, ibadah yang dilakukan komunitas itu adalah ibadah lima waktu atau dhasardha diwasa, yang berafiliasi pada identitas Islam.
Buku ini menarik karena menjelaskan integrasi halus dan gema toleransi yang tertanam sejak masa Kerajaan Majapahit. Selain itu, buku ini hadir laiknya manuskrip yang berargumentasi jelas dan menjadi tambahan utama pada kajian dan teori masuknya Islam ke Indonesia. Rekor dari buku ini adalah kemampuan Andrian menghadirkan zaman dan pengetahuan yang berlimpah tentang titik balik sejarah masuknya Islam ke Nusantara.


Ketersediaan

I15705-C1I15705My LibraryTersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
I15705
Penerbit Ombak : Yogyakarta.,
Deskripsi Fisik
14,5 x 20,5 cm / 148 pg
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9786027544338
Klasifikasi
959.802 / PER / o
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaDetail XMLKutip ini