Muktamar Muhammadiyah ke-41 yang berlangsung di kota Solo pada akhir 1985, oleh kebanyakan anggota Muhammadiyah sendiri maupun para pengamat, dianggap sebagai muktamar terbesar sejak Muhammadiyah lahir pada 18 November 1912. Sebagai organisasi dan gerakan Islam terbesar tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia, Muhammadiyah selalu menjadi sasaran sorotan dari umat Islam pada khususnya dan masyarakat awam pada umumnya. Perhatian masyarakat yang begitu besar juga Nampak menjelang dan sesudah Muhammadiyah menyelenggarakan muktamarnya di kota Solo tersebut, ketika organisasi Islam reformis ini mendekati usia tiga perempat abad.

Barangkali memang benar bahwa tidak ada di Indonesia ini sebuah organisasi sosial, politik, maupun keagamaan, yang mendapat perhatian lebih besar, di dalam dan di luar negeri, seperti yang diberikan pada Muhammadiyah. Mengapa? Ya, mengapa perhatian diberikan demikian besarnya terhadap muktamar Muhammadiyah tersebut?
Pertama, dan ini yang penting, adalah orang ingin tahu bagaimana sikap Muhammadiyah terhadap asas tunggal. Banyak kalangan yang jauh-jauh hari merasa prihatin dan khawatir bahwa asas tunggal akan menimbulkan keretakan antara yang pro dan kontra dalam tubuh Muhammadiyah. Tapi nyatanya, seperti sudah diketahui semua, Muhammadiyah menerima dengan, menurut istilah
Amien Rais, "mudah" asas tunggal. Apa alasannya? Anda akan mendapatkan jawabannya dalam buku ini.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dan berbagai editorial yang dimuat di berbagai media-massa di dalam maupun di luar negeri yang berhasil dikumpulkan oleh M. Rusli Karim. Tidak semua tulisan memuji Muhammadiyah yang tetap kukuh meski menerima asas tunggal, tapi juga tulisan yang merupakan kritik yang tajam serta saran-saran yang simpatik turut pula terangkum – dan jelas ini merupakan suatu dokumentasi yang padat dan lengkap mengenai Muhammadiyah.
Sekali Muhammadiyah, tetap Muhammadiyah.