Para eks-Tapol (karena dituduh terlibat peristiwa G30S 1965) diposisikan sebagai onbekwaam. Meski mereka dikembalikan ke masyarakat, tetapi banyak rambu sosial dan politik dibuat untuk memagarinya. "Kembali ke masyarakat" ternyata bukan berarti bebas dari isolasi (sosial-politik rezim). Sebagai anggota masyarakat, mereka tidak dipulihkan kembali pada statusnya sebagai social being dan zoon politikon yang pernah dimilikinya.
Hersri Setiawan (eks-tapol Pulau Buru), dengan buku ini, tampil sebagai salah satu eks-tapol yang berhasil menyelinap dan berkelit dari jeruji politik rezim Orba yang menindas itu. Sebagai penulis, ia tetap berkarya: mencatat sejarah hidup bangsa dan dirinya.
Lewat buku ini pembaca bisa menyimak "suara batin" dan "alam pikiran"-nya yang masih setia dan tegas menyuarakan kebenaran: hal-hal yang justru (pernah) dilarang (rezim Orba) untuk disuarakan.