Apa yang disebut orang sebagai mutiara amatlah menarik proses pembentukkannya. Ia dimulai dari sebuah pasir yang memasuki tubuh seekor kerang di dasar lautan. Pasir itu menimbulkan rasa sakit yang luar biasa bagi si kerang. Ia mencoba mengatasinya dengan menggunakan getah di perutnya untuk membalut pasir yang melukainya. Dan itu bisa berlangsung bertahun-tahun. Pada akhirnya terbentuklah mutiara.
Dalam intensitas tertentu, kata-kata yang tersusun dalam buku-buku Andrias Harefa memang mewakili “penderitaan” semacam itu. “Rasa sakit” dan “keperihan mendalam” itu muncul ketika ia mencoba sekuat tenaga memahami arah perubahan bangsa Indonesia sejak reformasi menjadi kata sakti yang bergema di segala penjuru nusantara. Ia merasa amat “menderita” karena masih punya cinta dan harapan, yang justru tumbuh mekar di masa-masa amat sukar.
Buku ini adalah pertanda cinta, tanda cinta seorang pembelajar kepada bangsanya yang sedang dimasuki “pasir-pasir kehidupan.”