Buku ini bercerita tentang seorang aktris film (juga pelacur) yang hidup di jaman revolusi. awalnya dia apatis sama republiken dan revolusi. baginya hidup adalah uang. Ara (panggilan Larasati) pun pergi ke Jakarta untuk mencari penghidupan yang difikirnya lebih baik lalu meninggalkan yogya.

Di perjalanan dia mengalami banyak peristiwa: perjuangan para pemuda dan kematian yang begitu dekat, kenyataan bahwa para pemuda dan bahkan anak-anak belasan lah yang dengan berani mempertahankan kemerdekaan 100 prosen, lalu mereka mati!. Sedangkan para orang tua malah korupsi, yang lain bekerja sama dengan penjajah hingga daerah-daerah republik terus berkurang. ditemuinya pula orang-orang penjilat yang hanya memikirkan uang dan pakaian lalu menjual bangsanya kepada Nica.

"Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Negara pun tidak! Rakyat apa lagi! Yang aku kotori hanya diriku sendiri. Bukan orang lain." -Ara

Larasati, pelacur yang ingin bangsanya merdeka, memiliki keinginan kuat untuk melakukan perjuangan dengan simbol keartisan nya. tapi, walau bagaimanapun juga dia tetap wanita yang kalah pada kekuasaan para laki-laki. dia di sekap oleh seorang arab titahan nica, lalu dipaksa menjadi budak seks. dalam hatinya dia tetap seorang republiken, seorang pejuang dengan caranya sendiri. dalam diam ia terus berteriak REVOLUSI PASTI MENANG.....

Buku ini sungguh bagus, menyajikan sisi revolusi bukan dari para pembesar negara atau politisi. tapi dari sisi Larasati, seorang artis film, seorang pelacur.

Tentang pengarangnya, Pram adalah juga merupakan orang PP (persatuan perjuangan) kawan Tan Malaka, maka tidak heran, muncul minimum program serta kontra akan diplomasinya Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifudin.

Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.