Betapa mudahnya orang mengenakan label "kharismatis" pada seorang tokoh atau pemimpin yang mempunyai daya tarik khusus dan mampu memikat orang lain melalui kepribadian, pembawaan atau mungkin kefasihan berpidato. Dalam konteks Indonesia, Sukarno diakui oleh masyarakat sebagai seorang pemimpin kharismatis. Apakah kharisma Sukarno benar-benar ada secara obyektif pada dirinya atau hanya soal pengakuan para pengikutnya saja? Dapatkah kharisma itu melegitimasi suatu kekuasaan politis? Buku ini dengan gamblang akan mengkaji aspek-aspek historis, politis dan sosiologis kepemimpinan kharismatis Sukarno. Kemudian bergerak dari kenyataan konkret tersebut ke arah prinsip teologis etis. Kita akan melihat bahwa konsep sosiologi kharisma diambil alih - oleh Weber - dari tradisi alkitabiah. Kita akan melihat bahwa Roh Allah tidak hanya bekerja dalam komunitas religius (umat Israel dan gereja) saja, tetapi juga dalam komunitas nonreligius, termasuk komunitas politik.