Istilah Kiri dan Kanan, sebenarnya, tidak terdapat dalam ajaran Islam, tetapi ada dalam tataran sosial, politik, ekonomi dan sejarah. Istilah “Kiri” muncul pertama kali di Barat, tepatnya di Prancis, yakni ketika Jakobin duduk di sisi Kiri dari Ketua Kongres Nasional. Sejak saat itu, istilah Kiri dan Kanan dipakai dalam terminologi politik. Secara umun, Kiri diartikan sebuah partai yang cenderung radikal, sosialis, reformis, progresif atau liberal, selalu menginginkan apa yang namanya kemajuan (progres), yang memberikan inspirasi bagi keunggulan manusia atau sesuatu yang bermakna “takdir sosial”. Sementara bagi Hassan Hanafi, yang pernah kuliah di Paris, Sorbone University, mengartikan Kiri sebagai mengangkat posisi kaum yang tertindas, kaum miskin, dan yang menderita. Dalam terminologi ilmu politik, Kiri berarti perjuangan dan kritisisme. Kiri juga berarti menempatkan kembali rasionalisme, naturalisme, liberalisme, dan demokrasi dalam khazanah intelektual Islam.
Gagasan Kiri Islam diperkenalkan Hasaan Hanafi kepada khalayak umum dalam jurnalnya yang berjudul Al-Yasar al-Islam Kitabat fi Nadhah al-Islamiyah. Jurnal ini lahir setelah terjadi revolusi di Iran, suatu inspirasi bagi Hassan Hanafi bahwa sebuah revolusi dalam Islam merupakan sebuah keniscayaan. Salah satu alasan Hassan Hanafi sampai meluncurkan jurnal ini dan memperkenalkan Kiri Islam, adalah sebagai bentuk dari rancangannya membuat dunia Islam bergerak menuju pencerahan yang menyeluruh. Hassan Hanafi merasa prihatin atas kondisi umat Islam, khususnya di dunia Arab, yang terbelakang, baik itu berupa kekacauan sosial-politik atau intelektual. Menurut Hassan Hanafi ada dua masalah yang menjadi ancaman umat Islam yang harus dihadapi: pertama, ancaman yang berasal dari luar, yakni imperialisme, zionisme, dan kapitalisme. Kedua, dari dalam islam sendiri, yakni kemiskinan, ketertindasan dan keterbelakangan.